Sepenggal Kisah Cinta Dolan Bareng Blogger Jogja

Dikategorikan dalam Komunitas, Wisata

Hari Minggu saatnya update blog tentang cinta #SundayLove. Dan kebetulan sekali hari ini, Minggu (1 Maret 2015) saya berkesempatan ikut dolan bareng kawan-kawan blogger jogja yang memang sudah beberapa bulan tidak ketemu.

Pantai Nguyahan

Dolan kali ini memiliki destinasi ke Pantai Ngobaran, pantai asik yang ada di selatan Gundul (Gunung Kidul). Dari yang semula diagendakan berangkat pukul 07.00 WIB tepat, ternyata molor satu jam karena menunggu teman-teman yang belum datang. Ini kalau bukan atas dasar cinta, pasti udah pada ditinggal.

Saya sendiri berangkat dari Klaten sendirian lewat Prambanan dan menunggu sangat sebentar di Piyungan. Saya kira rombongan Jogja sudah berangkat, ternyata setelah saya SMS Mbak Rian, malah baru mau berangkat dari titik keberangkatan. Okelah, saya nunggu sangat sebentar di Piyungan sembari mencari tempat untuk buang air kecil.

Saya tidak akan menceritakan perjalanan di jalan bagaimana dan ada apa, tapi saya hanya ingin menceritakan beberapa kisah cinta yang berhasil saya dapatkan dari acara dolan hari ini.

Ternyata cinta itu luas, dan anehnya tidak banyak yang menyadari akan hadirnya cinta tersebut. Di setiap kegiatan apapun, baik yang sifatnya senang-senang atau lainnya. Saya tak akan pernah melewatkan untuk belajar, belajar dari apa yang dilakukan oleh orang lain. Dengan bermodal mata dan hati, belajar bisa dinikmati kapan saja tidak perlu menunggu kapan kita bertatap muka dalam proses kegiatan belajar.

Dengan mengadakan dolan bareng satu komunitas ini, juga bisa dijadikan moment untuk belajar. Salah satu contohnya adalah saling tunggu menunggu, dll ini saja sudah menandakan adanya kehadiran cinta, dan kita belajar tentang CINTA. Cinta komunitas, cinta kepada sesama dan cinta kepada alam yang telah diciptakan-Nya.

Di dalam perjalanan yang beberapa KM lagi sudah sampai di Pantai Ngobaran, ternyata salah satu dari anggota kami ada yang mengalami masalah dengan kendaraannya, dia adalah Mas Jarwadi MJ. Nggak tau MJ itu artinya apa. Dia orang Paliyan. Dalam perjalanan delalah motornya bermasalah, dan mengharuskan untuk tidak dipaksakan. Karena kalau dipaksakan bisa jadi roda bisa lepas, kata Mas Tomi tadi sih. Pas masalah itu terjadi, beberapa teman seperti Mas Tomi, Mas Wawan, dan Mas-Mas lainnya membantu mengatasi masalah itu. Untungnya ada bengkel, jadi bisa teratasi. Kalau tidak ada cinta, mungkin Mas Jarwadi tadi ditinggal sendirian.

Sampai di TKP, akhirnya…

Setelah sampai, akhirnya kami memutuskan untuk keceh ke Pantai Nguyahan, pantai ini sebelahan sama Pantai Ngobaran. Nggak ini tetanggaan atau masih ada hubungan sodara, tadi belum sempet tanya sama pantainya. Pantai ini cukup asik buat kamu yang cinta sama alam. Bukit-bukit karangnya membuat kamu ingin menaikinya dan melihat sesuatu yang lebih indah dari atas sana. Saya sudah membuktikannya. Hamparan Samudra hindia terpampang luas. Indahnya karunia Tuhan.

Pantai Ngobaran

Selesai keceh di Pantai Nguyahan, kami lantas leyeh-leyeh sebentar di bawah pepohonan sembari menikmati hidangan cemilan yang dibawa Mbak Sekar dalam jumlah satu tas besar. Weleeh…weleehhh akeh tenan, matur suwun Mbak Sekar dan teman-teman atas cemilannya.

Sesaat leyeh-leyeh dan menikmati cemilan rasa cinta ini, ada yang memanggil saya dari belakang. Ternyata seorang simbah (Nenek) yang menawari saya mau kelapa muda tidak. Karena saya memang lagi nggak doyan minum KlaMud, ya saya bilang mboten mbah (Tidak Mbah).

Si Mbah-mbah ini terus menawari temen-temen lain ada mau pesan kelapa muda tidak. Tapi karena temen-temen lain memang sudah beli duluan, jadi mereka ya tidak beli dari tawaran mbah putri ini. Saya pun sebenarnya tidak tega kalau melihat mbah-mbah yang sudah tua seperti itu masih saja bekerja yang menurut saya itu tidak mudah. Jujur pengen nangis kalau lihat seperti itu. Entah beliau bekerja untuk apa dan siapa, yang jelas ada yang dicintainya ketika beliau masih tetap bekerja meski dengan usia yang tak muda dan kondisi fisik yang sudah tak kuat lagi.

Akhirnya, setelah Mbah tadi pergi meninggalkan kami karena tidak ada yang pesan kelapa muda, saya memutuskan untuk mengejar mbah tadi. Dan mbah tadi kembali ke gubuk jualannya. Ternyata di gubuk tersebut ada seorang ibu dan seorang pria masih muda yang juga membantu jualan. Saya kaget ketika melihat kenapa tidak ibu-ibu itu saja atau bapak-bapak itu saja yang menawarkan kelapa muda ke para pengunjung di pantai ini. Mengapa harus mbah itu?

Saya tidak tahu, apakah mbah itu orang itu dari ibu dan bapak yang jualan itu, atau memang mbah itu bekerja di tempat ibu-ibu itu? Saya hening sebentar dan memutuskan untuk membeli satu es kelapa muda di tempat itu. Yang membuatkan si ibu-ibu tadi, dan si Mbah tadi nggak tau kemana mungkin cari pembeli lagi? May be.

Yang ada dipikiran saya cuma siapa Mbah ini? Kenapa harus dia? Kenapa bukan ibu-ibu tadi? Apakah dengan Mbah-mbah yang sudah tua renta lantas akan menimbulkan rasa iba kepada pembeli untuk segera membeli kelapa muda ditempatnya? Hanya beliaulah dan Tuhan lah yang tahu.

Dari situ saya melihat, ada sebuah cinta yang melekat dari Si Mbah ini. Kalaupun beliau memang orang tua dari ibu-ibu tadi, berarti si Mbah ini sangat cinta kepada anaknya hingga membantunya menjual kelapa muda agar bisa menghidupi keluarganya. Kalaupun si mbah ini memang bekerja di tempat ibu-ibu tadi, Si Mbah ini sangat cinta terhadap dirinya karena meskipun tua renta, masih saja bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Akhirnya es kelapa muda saya jadi dan saya nikmati bersama teman-teman. Dan saya lupa kalau minta untuk dikasih gula jawa, bukan gula pasir.

Leyeh-leyeh selesai, kami berkemas buat ke Pantai Ngobaran, jalan kaki sampai, nggak percaya? buktikan saja. Lha mung sebelahan. Di sana kami mencari isi perut dulu, supaya kenyang dan biar tidak kelaparan. Menunya ikan goreng dan ikan bakar, nggak tau persisnya itu tadi ikan apa, kayaknya ikan tongkol. Bener nggak bro? Saya sih tinggal lhebb…So Nice……

Selesai makan, ada yang melanjutkan foto-foto, canda-candaan, hingga bully-bullyan tapi bully atas dasar rasa cinta bukan untuk mencari sengsara. Dan seketika beberapa pasang mata dari kami ada yang melihat dua lelaki di pinggir pantai bawah karang sedang berduaan menunggu datangnya ombak yang menerjang. Sontak peristiwa tersebut menimbulkan perdebatan kecil antara Bung Arif, Bro Fiko dan Mbak Rere. Pokok permasalahannya sepele, mengapa kalau ada pria berduaan pasti langsung timbul prasangka buruk, giliran ada wanita yang berduaan gandengan tangan pasti biasa saja.

Sampai sekarang belum ada titik temunya. Mungkin kamu solusinya?

Foto Pantai Nguyahan

Waktu menunjukkan pukul pulang, dan kami berkemas untuk pulang. Datang bersama, Pulang bersama. Tapi masih ada dua insan yang ingin tinggal di sana, yaitu Mas Ehem dan Mbak Ehem. Kalau bukan atas dasar cinta, mereka mungkin akan pulang bersama kami. Tapi tadi sepertinya ada sodaranya yang kebetulan juga ada di situ, jadi supaya bisa bercengkarama lebih panjang dengan sodaranya dengan balutan cinta yang menggoda.

Pantai Ngobaran

Mungkin itu dulu yang bisa saya sampaikan dari dolan bareng blogger jogja tadi. Asik tentunya dan bisa mengurangi tumpukan hashtag #KurangPiknik yang ada dibenak kepala ini. Sampai ketemu di dolan bareng selanjutnya, dan terus tebarkan virus-virus cinta untuk kehidupan yang bahagia.

cinta

Baca Artikel Lainnya :

8 komentar

  1. maksimal tenan.. dadi semakin akrab dan menumbuhkan benih cinta mas diantara teman2 KBJ 😀
    sorry aku baline ora bareng. rencana ne emang mampir neng wonosari sek gon masku, jebol malah dekne melu nyusul hehe

    dan agenda selanjutnya apa nih ??

  2. maksimal pokoknya om 🙂 agenda selanjutnya mungkin camping 😀 tapi masuk musim hujan ding

  3. Maksimal tenan nek iki
    Aku wingi kebetulan ura iso melu je,
    Ndelok foto-foto neng blog e cah dan grup fb jadi pengen

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *